Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; Selawat dan Salam ke atas junjungan Besar Nabi Muhammad SAW.
Pada zaman ini ramai orang menggunakan nama aneh yang mudah diucap saja. Lebih aneh lagi, orang merasa bangga jika menyandang nama itu, sehinggga jika ada orang yang memanggilnya dengan menggunakan nama asalnya ia akan marah.
Apabila kita sudah menjadi umat Muhammad saw., kita mempunyai kewajiban agar memanggil orang lain dengan panggilan yang ia sukai, kerana hal itu dapat mengeratkan lagi hubungan kita dengannya.
Ada sebahagian ikhwan yang memanggil orang yang lebih tua/ lebih tinggi (pangkatnya) dengan menggunakan nama saja tanpa ada gelaran rasminya.
Sikap itu adalah bentuk penerapan dari makna ukhuwah islamiah. Ada seorang mahasiswa yang memanggil kawannya dengan "akh", ada juga yang tatkala mempersilakan penceramah hanya dengan menggunakan namanya saja dengan anggapan bahwa sikap itu lebih menjauhkan dari sikap riya'.
Padahal sebutan gelaran itu adalah wajar dan merupakan haknya, bukan buatnya sendiri. Lalu bagaimana orang lain dapat mengenal penceramah itu dengan betul, jika nama yang dimiliki oleh penceramah juga dimiliki oleh banyak orang?
Di mana-kah pula kita meletakkan sabda Rasul,
"Tempatkanlah orang lain pada posisi mereka?"
Di beberapa tempat ada yang memanggil dengan menggunakan nama penuh seperti: wahai, Abu Muhammad!/ wahai, Abu Hasan! Barangkali ini lebih halus didengar dan lebih dapat diterima oleh hati.